Friday, August 14, 2015

Cagar Budaya Masjid Baitul Aziz



Desa Hadiwarno memiliki cagar budaya berupa masjid peninggalan wali yaitu Masjid Baitul Aziz. Masjid tersebut dibangun pada abad ke-16 M zaman wali, terbuat dari batu bata merah kuno dengan luas bangunannya yaitu 150m persegi. Masjid ini termasuk peninggalan masa sunan Kudus ketika beliau sedang berada di Kudus. Pada masjid ini terdapat Gapuro Padurekso dengan panjang 3 m, lebar 176 cm, dan tinggi 270 cm. Ditengah gapuro tersebut ada pintu jati dan bagian atas pintu terdapat lambang naga. Gaya bangunan Padurekso merupakan campuran dari dua kebudayaan yaitu antara Hindu dan Islam. Arsitektur masjid seperti masjid agung Demak, dimana tiap penyangga terdiri dari 4 soko dilandasi dengan umpak batu. 

Benda-benda kuno yang masih ada di dalamnya antara lain :
  1. Mihrab, mimbar untuk khotbah, mustoko, sumur tombo/obat bagi masyarakat yang sakit. Yang menakjubkannya lagi sumur tersebut tidak pernah asat walaupun musim kemarau.
  2.  Mimbar untuk khotbah dibuat dari kayu jati, dulunya diberi lilitan bengkung kain putih.
  3. Tembok samping kanan kiri pengimaman terbuat dari bata merah dengan ornamen etnik yang indah.
  4. Mustoko yang asli dari tanah liat dan sudah diturunkan, karena kondisinya rusak, saat ini benda tersebut disimpan di atas pengimaman dan mustoko yang terpasang adalah mustoko duplikat namun usiannya sudah lebih dari 50 tahun.
  5. Sumur Tombo yang hanya memiliki kedalaman 3m, sumur ini sering digunakan sebagai Tombo (obat) bagi masyarakat sekitar yang sedang mengalami sakit. Pada musim kemarau sumur ini tidak pernah mengalami kekeringan padahal sumur penduduk sekitar mengalami kekeringan. Sumur ini disebut juga sebagai sumur panguripan, yang artinya sumur kehidupan.

Tradisi masyarakat setempat setiap akan punya kerja (hajat) mengadakan manganan (selametan) terlebih dahulu dilokasi masjid dengan maksud dan tujuan agar hajat yang sedang berlangsung terhindar dari bala dan malapetaka, serta mendapat rahmat dari Allah SWT. Pernah pada suatu ketika ada salah satu warga yang lupa tidak mengadakan tradisi tersebut kemudian akibatnya ada anaknya yang kesurupan. Akhirnya dimintakan maaf dan diberi minum dari sumur tombo dan bisa sadar kembali.









0 comments:

Post a Comment